Jika jalan – jalan ke mentawai, satu hal yang sangat sulit digapai adalah signal. Jaringan di kota tersebut sangat sulit sekali ditemukan sehingga akan susah bagi anda yang sudah terbiasa tinggal di kota. Mungkin jika ingin mengunjungi mentawai anda bisa belajar dari pengalaman Ashari Yudha yang merupakan seorang travel blogger.
Okay, sekarang waktunya cerita sedikit tentang perjalanan di Mentawai. Banyak hal yang saya temui, tapi kali ini kita bahas yang enteng aja dulu ya biar gak puyeng.
Bagi kamu yang aktif di Media Sosial, dan wajib upload setiap hari, kayanya kamu nggak akan betah tinggal di Mentawai. Mengapa?
Disana, ada sinyal, tapi sinyalnya PHP. Nggak ada sinyal 3G, apalagi 4G, itu namanya ngarep. Dapat sinyal 2G aja udah syukur. Udah gitu, cuma bisa dipake WA doang, Line ngadat. Browsing atau Youtubean? Mimpi aja…
Padahal menurut saya, Siberut merupakan sebuah kota yang cukup maju. Masih banyak daerah lain di Indonesia yang lebih terpencil dan sepi, tapi sinyalnya malah lebih bagus, minimal 3G. Nggak ngerti juga kenapa, apa mungkin ada aturan tertentu atau gimana, padahal tukang pulsa sama tukang jualan HP Cina dengan berbagai merek ajaib disana bertebaran.
Nah, jadi warga sini kalau membutuhkan sinyal, mereka bakal jalan-jalan ke Puskesmas. Karena, hanya Puskesmas dan Sekolah saja yang memiliki sinyal Wifi. Itupun, saya harus bersusah payah karena satu router dibatasi hanya untuk 15 orang, sedangkan yang ngantri login bisa 30 orang lebih. Jadi, terciptalah sistem waiting list dan hoki-hokian. Kalau ngeliat ada yang cabut, langsung deh test koneksi siapa tau bisa konek.
Nah, untuk di kota Siberut sih mending, ada 4 puskesmas yang letaknya cukup jauh 😂 jadi bisa lah numpang internet. Beda lagi kalau ke pedalaman. Di itung-itung, dari banyaknya dusun di pedalaman Mentawai, yang punya wifi itu hanya 2 puskesmas. Sisanya isinya obat doang. Dan itu juga harus jalan kaki berjam-jam. Sama seperti kemaren, saya harus jalan kaki selama hampir tiga jam demi internetan. Harusnya udah sampai Waerebo tuh.