Penduduk Kota Kecil di Peru Masih Mengenakan Pakaian Tradisional

Peru merupakan salah satu kota kecil yang terdapat di Eropa. Meskipun tidak terlalu terkenal seperti bagian negara lainnya, peru rupanya memiliki tempat wisata berupa alam yang sangat indah sekali. Masyarakat sekitar pun sangat ramah dan juga masih berpakaian tradisional sehingga tempat ini rasanya masih sangat otentik.
Seperti tidak ingin menghilangkan budaya yang ada, Peru masih menyimpan banyak sekali turunan dari para leluhur. Tidak heran kenapa jika pergi ke tempat ini serasa menaiki mesin waktu ke tahun 1930-an. Sungguh merupakan pengalaman yang tak terlupakan apalagi ketika mengunjungi salah satu kota kecil di Peru yaitu Ollantaytambo.

Ollantaytambo menjadi satu tempat penting yang wajib disinggahi pejalan sebelum menuju Machu Picchu. Selain mengandung sejarah peninggalan masyarakat Inka di masa lampau, kota tua nan kecil berketinggian hampir 2800mdpl ini mampu menyuguhkan pengalaman unik yang berbeda bagi masing2 pejalan.

Walau banyak pelancong yang datang kemari, kita masih dapat berjumpa penduduk asli yang bermata pencaharian sebagai petani. Sebab kota tua ini juga dikelilingi oleh bukit, persawahan dan sungai. Sore itu saya berpapasan berjumpa dengan Mama Doniella, 48 tahun. Ia hendak melanjutkan menjemput rejeki dengan menjajakan rajutan tenun yang berbahan dasar bulu Alpaca, setelah bertani kentang di sawah.

“Setelah ini mau kemana, Mama?”
“Sebelum larut malam, saya mau pulang agar besok pagi bertani kembali dan menjajakan rajutan ini.”

Jawab Mama Doniella dengan bahasa asli suku Quechua yang diterjemahkan okeh rekan penerjemah kami, Omar. Omar menambahkan bahwa mayoritas penduduk asli Inka walau sudah mengenal jual beli untuk menambah rejeki di kota wisata ini, mereka masih tetap mempertahankan tradisi bertani dan berladangnya. Disamping turut merawat tradisi berkesenian dengan merajut tenun khas Inka.

Dibelahan dunia manapun, bertani berladang tak hanya sekedar mata pencaharian saja, tak hanya sebagai sumber penghasilan. Namun ada hal mendalam lain yang dapat dituai dari proses ini. Selain tradisi or ritual, bertani berladang dapat pula dikatakan sebuah proses berkelanjutan menabur wujud rasa syukur pada alam.